Senin, 14 Juli 2008

Repost Peribahasa Indonesia

Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam

Duri adalah bagian tanaman yang tajam. Sekam adalah kulit padi setelah ditumbuk atau digiling. Jika duri atau sekam tertelan, tenggorokan akan terasa sakit. Peribahasa itu mengiaskan orang yang sedang bersedih hati. Karena hati sedang bersedih, orang itu tentu tidak dapat menikmati rasa enaknya makan dan rasa segarnya minum. Orang minum air rasanya seperti orang minum duri dan makan nasi rasanya seperti makan sekam.
Peribahasa itu mempunyai makna seseorang yang sangat bersedih tidak dapat merasakan nikmatnya makan dan minuman atau jika makan dan minum tidak nikmat.

Belajar ke yang pintar, berguru ke yang pandai

Peribahasa itu hendak mengingatkan kepada kita bahwa orang pintar dan orang pandai dapat dijadikan sebagai tempat belajar dan berguru. Mereka itu merupakan orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dapat disebarkan kepada orang lain. Dengan demikian, orang yang belajar dan berguru kepadanya akan bertambah ilmu pengetahuannya dan pengalamannya.
Peribahasa itu memberi makna bahwa kita jika akan menuntut ilmu kepada orang yang tepat, yaitu orang yang berilmu pengetahuan dan orang yang mempunyai pengalaman.

Berjalan peliharakan kaki, berkata peliharakan lidah

Dalam peribahasa itu, berjalan dan berkata diumpamakan dengan perbuatan dan perkataan kita. Dalam melakukan pekerjaan hendaklah setiap orang berhati-hati agar terhindar dari kesalahan. Baik kecil maupun besar, kesalahan yang kita lakukan akan merugikan diri sendiri. Kita juga harus menjaga perkataan kita agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Orang yang halus tutur katanya akan disenangi dalam pergaulan. Jadi, peribahasa tersebut mempunyai makna yang bersifat mengingatkan kita, yaitu hendaknya kita selalu berhati-hati dengan semua perbuatan kita.
Ditepuk air didulang, terpercik muka sendiri
Dulang ialah talam (baki) dari kayu atau tembaga. Air di dulang diumpamakan anggota keluarga. Ditepuk diumpamakan sebagai aib keluarga yang diceritakan kepada orang lain. Jika ada air di dulang, kemudian air itu ditepuk, air itu dapat mengenai (memerciki) muka orang yang menepuk air itu. Jadi, peribahasa itu mempunyai arti orang yang menceritakan aib keluarganya sendiri yang membuat malu diri sendiri.
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan
Kata jalan dan penggalan tersebut digunakan untuk membandingkan antara panjang dan pendek. Sepanjang jalan ini berarti panjang sekali, bahkan tidak terbatas. Karena kasih sayang ibu tidak terbatas, seorang ibu bersedia berkorban apa saja untuk anaknya. Sepanjang penggalan berarti panjangnya terbatas. Adanya cerita tentang anak yang menyia-nyiakan ibunya merupakan ibarat cinta yang sepenggalan. Hal itu berarti kasih sayang ibu terhadap anak tidak sama dengan kasih sayang anak terhadap ibu. Jadi, peribahasa itu mengingatkan kepada kita bahwa kasih sayang ibu terhadap anak tidak ada bandingannya.
Kalah jadi abu, menang jadi arang

Abu adalah sisa yang tinggal setelah suatu barang mengalami pembakaran. Arang adalah serbuk hitam bekas kayu yang terbakar. Jadi, baik abu maupun arang merupakan barang yang terjadi karena pembakaran. Biasanya sesuatu yang kita masak menjadi abu atau arang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Hal itu berarti kita mengalami kerugian. Jadi, abu dan arang itu mengiaskan kerugian. Kalah dan menang merupakan hasil pekerjaan dari dua orang yang mengadakan pertandingan atau perlombaan. Namun, dalam peribahasa itu kalah dan menang terbatas pada dua orang yang bertengkar atau berkelahi.
Peribahasa itu menasihati kita agar jangan bertengkar atau berkelahi karena yang kalah dan menang sama-sama akan menderita kerugian

Tidak ada komentar:
Write komentar