Hai bung, sebentar lagi mau ikut berangkat demo ya?. "iya nih kasih sangu donk", jawab teman saya yang biasa mampir ke tempat kerja untuk menawarkan makanan ringan.
Isu demo tanggal 2 desember 2016 semakin santer diberitakan. Media masa baik televise radio dan surat kabar telah memberitakan perihal demo yang akan dilaksanakan beberapa hari kedepan. Isu demo yang konon kabarnya menjadi langkah ke-2 sejak demo yang sudah dilakukan beberapa minggu yang lalu ini semakin hari semakin membuat orang tak bersimpati. Demo ke 2 yang konon kabar burung mengatakan akan melakukan ibadah sholat ditengah jalan kian menambah derita telinga para pembeci aliran kebencian. Perang saraf otak di media social antara yang pro dan kontra sudah sangat membusukkan pikiran sehat. Seolah olah membutakan hati betapa pentingnya demo, demo menjadi penting, orang melahirkan menjadi nomor 2, kemiskinan menjadi nomor ujung yang tak perlu di lihat. Pekerjaan sehat seolah olah tidak perlu dilakukan hanya demi menunggangi urusan politik yang sebenarnya sudah kelewat jauh. Kini demo kian hari menjadi kendaraan lawan politik untuk kepentingan sesaat. Demo yang semakin hari membuat bingung para simpatisan sejati.
Sudah benar memang apa yang dilakukan pemerintah dalam hal ini kepolisian. Kepolisian telah mewanti wanti kepada calon pendemo untuk benar benar sadar diri bahwa apa yang dilakukan dapat membawa dampak majemuk di kalangan saudaranya sendiri. Sudah lumrah jikalau Kepolisian mengingatkan kepada calon pendemo agar niatnya melakukan ibadah sholat di jalan adalah ide yang di luar akal sehat. Untuk apa harus melakukan itu semua??, bukankah kita telah belajar tenggang rasa sejak kecil?, bukankah seluruh orang tua kita mendidik kita untuk sabar, tabah dan selalu berprasangka baik. Sudah barang maklum pemerintah melalui Presiden Jokowidodo mewanti wanti untuk tidak melakukan anarki pada demo yang direncanakan dilaksanakan 2 Desember ini. Pemerintah sudah tentu merasa berkewajiban menjaga martabat bangsa ini dari ulah segelintir kelompok yang mengatasnamakan kelompok tertentu untuk melakukan perbuatan yang di luar nalar. Pemerintah memang harus tegas setegas tegasnya menghadapi para penggiat anarki di negeri ini. Untuk itulah pemerintah ini disepakati ada di Negara ini. Pemerintah harus menjadi orang tua yang mampu mengayomi seluruh anak anaknya. Masyarakat pun harus sadar jika Negara ini bukanlah Negara yang baru merdeka. Jangan jangan para perencana demonstrasi lalai dengan perjalanan Negara ini yang begitu hingar bingar di terpa angin peperangan. Para peniat demo seolah olah lupa bahwa bangsa ini adalah bangsa yang cinta damai, bangsa yang sudah lelah dengan keadaan perang zaman nenek moyang mereka. Mereka seharusnya kembali melihat dan membaca sejarah perjuangan bangsa yang mungkin tidak terlampau jauh dilakukan juga oleh para kakek nenek mereka. Bukankah di media, youtube dan lain lain mudah dijumpai, betapa susahnya zaman perjuangan bangsa ini saat itu. Betapa susahnya menjadi bangsa yang kelaparan, betapa susahnya menjadi bangsa yang penuh dengan penindasan pikiran dan lain lain. Mereka seolah tidak mencintai kedamaian dengan berencana melakukan hal hal yang berdampak ketidakdamaian lingkungan negeri ini.
Hai bung,
Bukankah keinginanmu di demo pertama dan mungkin keinginan banyak orang di demo pertama sudah dipenuhi?. Bukankah saatnya kita mengawasi perihat perkara itu hingga ke meja pengadilan?. Aduh bung, hidup ini memang berapi api, menyala nyala seperti roket yang menghempas ke ruang hampa udara. Terus tujuan utamamu apa, haruskah api itu terus menyala dan dinyalakan di luar ruangan yang penuh angin?, api itu akan secepatnya padam bung. iya padam dengan sendirinya karena bung tak bisa menjaganya. Alasan demo yang terus mengundang Tanya bak bahtera di laut tanpa layar yang diombang ambingkan angin ke barat laut dan udara, benar benar memalukan. sudah saatnya sadar akan apa yang akan dihasilkan.
Melakukan kegiatan tanpa tujuan,apalagi sekelas demo, tentu saja memudahkan niat jahat para pendompleng gelap. Kasihan para penumpang berijin, ia terlampau mudah menjadi lingkaran setan para pendompleng gelap. Sayangnya setiap hokum alam seringkali berdiri doyong kepada sang pendompleng. Setiap penumpang berijin selalu menjadi korban yang susah berontak. Kita lihat saja ketika naik angkuatan umum. Kita bias melihat betapa menderita menjadi pembeli tiket kereta yang merasakan kebiadapan calo tiket, kita merasakan betapa harus bersinggungan dengan orang orang yang illegal yang bahkan keberadaanya mengalahkan keadaan legal kita.
semoga segera sadar
berat artikelnya...kunjungi yg ringan2..syair di kertas hitam hehehe thx...
BalasHapusSiap
Hapus